Tanpa Makan dan Minum, Seorang Balita Tiga Hari Peluk Jenazah Ayah, Sang Ibu Jadi TKW di Taiwan 

Jumat, 16 Agustus 2019 - 09:28 WIB

RIAUMANDIRI.CO - Warga Jember dibuat geger dengan peristiwa seorang balita usia 14 bulan yang menunggu jenazah ayahnya selama 3 hari. Yang lebih tragis dan memilukan lagi, si balita perempuan berinisial N ini tanpa makan dan minum.

Kondisi tersebut baru diketahui warga Perumahan Kaliwining Asri, Desa Kaliwining, Kecamatan Rambipuji, setelah mencium bau kurang sedap, Rabu (14/8/2019).

Warga berusaha mendobrak pintu rumah Fauzi (40) bersama RT, setelah beberapa kali mengetuk pintu tak kunjung ada suara. Bahkan lampu rumah masih menyala selama 3 hari tersebut.

Rupanya pria yang tubuhnya terdapat tato dan menghitam ditemukan terlentang memakai kaus serta sarung. Di sebelahnya si balita yang kondisinya lemah memeluk ayahnya sembari menangis.

Saat ditemukan warga, kulit ayahnya menempel di pipi dan pakaian balita tersebut. Spontan langsung membawa balita tersebut ke bidan setempat.

"Memprihatinkan waktu ditemukan, pak polisi yang menggendong sampai menangis. Karena anak ini 3 hari tidak makan dan minum. Untung masih hidup," kata bidan Umi Kulsum.

Wanita yang juga berprofesi sebagai bidan di Puskesmas Rambipuji itu langsung memberikan pertolongan pertama kepada balita itu. Yakni memberi asupan makanan. "Diberi air gula dulu, karena anak ini pastinya dehidrasi. Sempat muntah dan langsung dimandikan bersih oleh suami saya. Setelah itu diminumkan susu, karena pastinya lapar," ujarnya.

Berkat asupan makanan itu, kondisi balita semakin membaik. Sedangkan jenazah sang ayah dibawa ke RSD dr Soebandi Jember. Sementara istrinya menjadi TKW di Taiwan baru 5 bulan menolak suaminya diautopsi.

"Istrinya menolak korban diautopsi. Dia yang jadi TKW di Taiwan tadi kirim WA," kata Kanit Reskrim Polsek Rambipuji Aipda M. Slamet, Kamis (15/8/2019).

Dari visum luar, sambung dia, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kesimpulan sementara, Fauzi meninggal bukan karena kekerasan.

"Tidak ada tanda-tanda kekerasan, kemungkinan besar memang sakit perutnya kambuh. Karena kata warga korban sering mengeluh perutnya sakit," tambahnya.

Sementara itu si balita akan dibawa budenya ke Banyuwangi untuk dirawat, setelah sempat dirawat tetangga. Sedangkan ayah si balita sudah dimakamkan di dekat perumahannya.

Bude balita, Setiyati ini mengaku dihubungi ibu s balita bernama Sulastri. Warga Kendalrejo, Kecamatan Tegaldelimo, Kabupaten Banyuwangi, itu mengaku kaget saat pertama kali mendengar kabar suami adiknya meninggal. 

"Saat itu saya ditelpon sama Sulastri (Ibu dari balita N, istri Fauzi), mengatakan kalau suaminya meninggal yang di Jember. 'Mas (mbak) bojoku meninggal, tulung openi anakku' (Menirukan kata-kata adiknya). Sulastri sendiri berangkat kerja sebagai TKW sudah 6 bulan," kata Setiyati saat dikonfirmasi wartawan di Balai Desa Kaliwining.

Menurut Setiyati, Sulastri merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara. "Saya kakaknya yang tinggal di Banyuwangi. Kalau saudara yang lain ada di Sragen. Kan asli sana. Jadi karena saya paling dekat, saya yang dipercaya untuk merawat keponakan saya itu sementara ini," ungkapnya.

Editor: Mandai

Tags

Terkini

Terpopuler